IndoChina Trip (5Countries 10Days): Lovely Ho Chi Minh City

By addinaf - 4:02:00 PM

Sebelumnya :
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Prolog
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Malam di Singapura
Indochina Trip (5Countries 10Days): Suatu Siang (yang panjang) di Singapura
Indochina Trip (5Countries 10Days): Karma Malaka
Indochina Trip (5Countries 10Days): Such a Slow Day in Malacca
Indochina Trip (5Countries 10Days): Bangkok's Unpredictable Crowd
Indochina Trip (5Countries 10Days): God is in Details
Indochina Trip (5Countries 10Days): Last Stop: Ho Chi Minh City


Day 9, 7 April 2015

View from Hostel Room
Hari kedua di Vietnam adalah hari full day kami. Kami bisa saja ke Mui Ne, atau Chu Ci Tunnel, namun keduanya membutuhkan waktu seharian dan harus naik bus lagi kira-kira 2-3 jam, kami memutuskan untuk strolling around the city saja dan menikmati hari yang mendamaikan di Ho Chi Minh City karena hari-hari sebelumnya kami sudah terlalu hectic dan lelah dan juga ditambah kondisi keuangan yang semakin menipis.

Sebelumnya, kami sarapan di hostel sambil browsing mana saja yang bisa kami kunjungi. Kami sedikit berharap bisa mencapai bangunan-bangunan karya Vo Throng by walk atau dengan menggunakan kendaraan umum, tapi sepertinya, Ho Chi Minh City masih belum semudah itu aksesnya untuk berkeliling dengan kendaraan umum, pilihannya adalah sewa motor, tapi kami memutuskan untuk tetap dengan konsep enjoying the city saja dan strolling HCMC by walk. Kebetulan district 1 Ho Chi Minh City ini sudah lengkap dengan bangunan-bangunan dan museum untuk wisata yang bisa dicapai semua dengan berjalan kaki. Sedikit mirip dengan Khao San Road. Kami mengambil peta wisata dari hostel dan mulai berkeliling.

Beberapa tempat standar yang kami kunjungi adalah Fine Arts Museum, Reunification Palace, Museum of Ho Chi Minh, Notre Dame Cathedral, Ho Chi Minh City Post Office, Ben Thanh Market, Town Hall, Opera House, dan War Remnant Museum. Semua bisa dicapai dengan berajalan kaki dari Pham Ngu Lao meskipun jaraknya cukup jauh sekitar 1 – 5km.

Bangunan-bangunan yang saya sebutkan tadi adalah bangunan peninggalan penjajahan Prancis jadi suasana Ho Chi Minh City ini ala-ala Eropa dengan bangunan Renaissance sebagai peninggalan masa penjajahannya. Bisa dilihat dari detail yang keriting-keriting dan banyak patung. But what I want to tell you is Ho Chi Minh City is such a lovely city! Setelah melewati Singapura, Malaka, Bangkok, Siem Reap, saya harus mengakui bahwa Ho Chi Minh City adalah kota yang paling lovable. What makes it weird is HCMC bukanlah kota yang terbagus, bukan kota termodern, bukan yang terbersih, bukan yang tersejuk, the traffic is sucks, too. But lovely!

Kami wondering around the city dengan berjalan kaki dan merasakan kenyamanan saat berjalan kaki karena taman-taman besar di tengah ruas jalan, pohon-pohon besar di tepi jalan, jalur pedestrian yang luas dan nyaman. Damai. Paradoks dengan keriweuhan sepeda motor di kanan dan kiri jalannya. Ho Chi Minh City ini adalah kota dengan jutaan sepeda motor, konon mereka lebih suka menggunakan sepeda motor daripada mobil, dan laki-laki yang punya sepeda motor adalah laki-laki yang keren. Hahaha. Kami juga mengamati, perempuan-perempuan Vietnam yang masih single berambut panjang, sedangkan yang sudah ibu-ibu atau sudah berkeluarga berambut pendek. Rupanya itu benar, memang menjadi salah satu tradisi mereka seperti itu.

Kadang-kadang kami juga menemui penjual kopi Vietnam dengan menggunakan sepeda dan boks kecil di boncengannya, cara membuatnya dikocok manual menggunakan shaker. Sungguh mendamaikan melihatnya. Pun di mana-mana kita juga bisa melihat coffee shop bertebaran.

Oh ya, dari bangunan bangunan tadi akan saya ceritakan beberapa yang menurut saya berkesan. Notre Dame Cathedral dan Ho Chi Minh City Post Office ini adalah bangunan yang cantik! Notre Dame Cathedral seperti tipikal katedral dengan bangunan yang runcing ke atas, di HCMC, katedral dengan menggunakan bata merah ekspos, cantik! Kemudian di seberangnya, adalah Post Office HCMC yang berwarna hijau-kuning (sayang sekali, kalau saya lihat di internet dulunya berwarna krem kecoklatan) yang ketika masuk terdapat arc di bagian tengah secara simetris. Saya suka sekali dengan interior dalam HCMC Post Office (despite all the addition ‘interior’). HCMC Post Office juga menyediakan free postcard yang akan mereka kirimkan langsung ke alamat yang kita tuju, sayangnya kami sudah kehabisan free postcard nya saat itu.

Beauty of NothreDame
Ala ala Europe
Interior of HCMC Post Office
Town Hall
Tidak jauh dari situ, kami beristirahat sebentar sambil minum kopi Vietnam dan kembali berjalan dan menemukan such a small heaven! It’s a ultra cute bookstore! Bukan interior atau eksteriornya yang cute tapi apa yang dijual. Kami cukup lama di situ dan menimbang-nimbang untuk beli-tidak-beli-tidak. Mereka menjual canvas poster movie edition, pack of postcard, hiasan patung-patung budha, tempat pensil gulung dengan konsep desain-desain Vietnam but in a really good design!

Saya benar-benar tergoda untuk membeli canvas poster edisi Vietnam, namun apa daya tidak ada uang huhuhu. Setelah sekitar setengah jam sampai 45 menit kami memahami toko buku tadi, kami kembali berjalan dan menemui Town Hall dan taman super besar di depannya. Sayangnya saat itu sedang ada proses pembangunan MRT jadi the famous Ho Chi Minh statue is closed. Whoaa, Ho Chi Minh City is built an MRT too guys! Jangan sampai kita tertinggal!
Benar-benar lovely city :”)

Dari situ, kami kemudian sampai di War Remnant Museum, biaya masuknya sekitar 15000VD. Museum ini adalah museum yang menceritakan sejarah perang dan propaganda di Vietnam. Museum nya biasa saja, tapi isinya menarik dan menyentuh hati. Terutama ketika kami melihat film tentang korban bom gas beracun dari Amerika yang masih mengalami kelainan hingga 3 keturunan.

Rupanya, kalau tidak salah, Amerika menurunkan team orange yaitu tim yang menyebarkan gas kimia beracun di Vietnam, Kamboja, dan Laos untuk strategi perang. Akibatnya, anak-anak yang lahir adalah anak yang memiliki cacat dari lahir. Mungkin karena itu ada alat musik tradisional khusus yang diciptakan untuk mereka agar tetap dapat mencari uang untuk hidup. Benar-benar sedih melihatnya, saya sampai tidak tega. Vietnam juga menempelkan poster Get Out of South East Asia, America! Pada dinding museum. Museum ini saya bilang cukup baik dalam menampilkan koleksi-koleksinya. Not sure if its because of the good design atau memang karena ‘isi’ nya yang memang cukup sakral.

Kami mulai kelaparan dan tidak sadar ini sudah memasuki hampir jam tiga. Kami berjalan-jalan dengan durasi waktu sama seperti kemarin di Angkor Wat! Kami baru sadar kelelahan dan kelaparan. What to eat? Karena Hanief mengaku tidak mau makan-makanan Vietnam lagi, kami akhirnya memutuskan untuk makan… drum roll please; McD. McD nya berada di antara taman-taman besar di ruas jalan, jadi view nya adalah taman. Another peacefull moment. Padahal di McD. Oh ya, kadang-kadang kami juga menemui kolam-kolam besar di tengah taman, walaupun beberapa kering. Benar-benar ya HCMC, walaupun kondisi ekonomi mereka katanya masih di bawah Indonesia, namun infrastruktur ruang publiknya sudah lebih baik dibandingkan Indonesia.

Kami kembali ke hostel untuk beristirahat sebentar setelah berkeliling satu distrik seharian. Setelah maghrib, kami kembali berkeliling Pham Ngu Lao untuk mencari makan. Saya sempat mencoba roti (ban) khas Vietnam setelah akhirnya bersusah payah mencari yang menjual ban tanpa daging babi, kami bahkan harus menggambar babi dicoret untuk berkomunikasi engan mereka. Kami juga sempat membeli jus buah mix enak, segar, dan mengenyangkan di tepi jalur pedestrian Pham Ngu Lao. Semacam angkringan mungkin ya.

Day 10, 8 April 2015

Keesokan harinya kami masih memiliki waktu sekitar setengah hari untuk berkeliling yang terakhir kali di district 1. Kami juga sempat ke toko buku di dekat post office untuk membeli oleh-oleh, by oleh-oleh, I mean; satu pak kartu pos isi 20, jadi saya bisa membagikan ke teman-teman 1-1. Hehe. Hanya itu yang terjangkau oleh saya. Begitu pun Hanief dan Hendro. Kami kemudian kembali ke hostel untuk mengambil tas di loker dan naik taksi yang sudah kami pesan dari hostel menuju bandara.
I am really in love with this city and I really want to go back to enjoy Ho Chi Minh! I don’t know how to tell you how lovely this city is, but you have to experience it by yourself! :)


Bitexco
Home!
And yes, finally we are going home! :)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments